Starlink meluncurkan satelit keseribu, tonggak besar bagi internet satelit

SpaceX mencapai tonggak bersejarah dengan meluncurkan satelit Starlink keseribu beberapa hari lalu. Peluncuran ini dilakukan dengan roket Falcon 9 dari Cape Canaveral, Florida, dan menandai pencapaian dalam proyek ambisi Elon Musk untuk menghadirkan internet berbasis orbit rendah (LEO).

Satelit-satelit yang diluncurkan adalah bagian dari generasi terbaru Starlink V2 Mini, yang membawa peningkatan kapasitas dan efisiensi energi dibanding versi sebelumnya. Sekarang, total satelit Starlink yang beroperasi di orbit mencapai sekitar 8.500, sementara sisanya telah berhenti atau keluar dari orbit.

Sejak diluncurkan pertama kali pada 2019, Starlink telah berkembang menjadi jaringan komunikasi terbesar di dunia dengan kehadiran di lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia. Starlink banyak digunakan di daerah terpencil, zona bencana, serta wilayah dengan infrastruktur internet terbatas.

Menurut SpaceX, peluncuran keseribu ini tidak hanya menjadi pencapaian simbolis, tetapi merupakan bagian strategi untuk memperluas kapasitas jaringan menjelang peluncuran Starlink V3 pada 2026. Versi baru itu disebut akan menawarkan kecepatan lebih tinggi, latensi lebih rendah, serta efisiensi energi yang lebih baik daripada versi sebelumnya.

SpaceX menyebut peningkatan jumlah satelit akan memperkuat kemampuan Starlink guna mendukung layanan komersial dan militer, termasuk kolaborasinya dengan lembaga pertahanan AS dan misi kemanusiaan global. Elon Musk menegaskan bahwa tujuan akhirnya adalah menjadikan internet Starlink sebagai jaringan global yang stabil dan dapat diakses dari mana saja.

Dengan lebih dari seribu satelit di orbit, SpaceX mendominasi sektor komunikasi satelit global, dan mempertegas posisinya sebagai pemain utama dalam era baru konektivitas berbasis luar angkasa.