Facebook memperbarui kebijakan ujaran kebenciannya, guna melarang konten yang mengandung pernyataan menolak atau memutar balik peristiwa Holokaus. Ini merupakan bagian dari upaya Facebook untuk menghapus konten anti-Semitisme yang kian meningkat pada platformnya.
Menurut Facebook, kurangnya pengetahuan pengguna tentang Holokaus menjadi salah satu faktor utama dalam membuat keputusannya. Sebuah survei menunjukkan bahwa hampir 25% pengguna dewasa berusia 18 hingga 39 tahun mempercayai bahwa Holokaus adalah mitos, bahwa peristiwa tersebut dilebih-lebihkan atau bahwa mereka tidak percaya akan kebenarannya.
Removing Holocaust Denial Content https://t.co/tZU9ZsVB9D
— Facebook Newsroom (@fbnewsroom) October 12, 2020
Facebook meyakini bahwa edukasi Holokaus merupakan salah satu komponen penting dalam memerangi paham anti-Semitisme, menurut lembaga yang berfokus pada penelitian dan peringatan peristiwa Holokaus. Mulai akhir tahun ini, Facebook akan mengarahkan pengguna yang mencari istilah terkait Holokaus ke sumber dengan informasi terpercaya.
Facebook sudah tidak asing dengan kritik atas kebijakannya, terutama terkait tuduhan mengampanyekan ujaran kebencian. CEO Mark Zuckerberg sebelumnya menuai banyak kritik karena keputusannya untuk menoleransi konten yang menyangkal Holokaus, memegang teguh komitmen Facebook atas prinsip kebebasan berpendapat.
Zuckerberg kini mengatakan jika pemikirannya tentang persoalan tersebut telah “berevolusi,” menanggapi paham anti-Semitisme yang kian meningkat tidak hanya pada lingkungan Facebook, namun dalam skala global. Sebelumnya, Facebook juga telah melarang konten yang menggambarkan orang Yahudi sebagai pemimpin dunia atau organisasi besar.
Melarang konten yang menolak atau memutarbalikkan peristiwa Holokaus merupakan keputusan yang tepat. Facebook menjelaskan bahwa penerapan kebijakan barunya secara penuh membutuhkan waktu, mengingat ada beragam konten yang dapat melanggarnya dan tim peninjau perlu dilatih terlebih dahulu sebelum menegakkannya.